TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEKADAU - Anggota DPRD Sekadau Nobertus menyesalkan layanan BPJS kesehatan di RS Soedarso Pontianak yang mengecewakan.
Dia menceritakan pada 20 Januari 2014, Tera Toto, pasien asal Sekadau
yang telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan ditemani
keluarganya berobat ke RS Soedarso Pontianak.
"Toto dan keluarga meluncur menuju RS Soedarso dengan modal rujukan
dari RSUD Sekadau. Sebelumnya, Toto telah melakukan pemeriksaan medis di
RSUD Sekadau. Oleh dokter umum yang memeriksanya, Toto divonis mengidap
polip di hidung yang membuatnya kerap kesulitan menarik nafas. Karena
di RSUD Sekadau tidak ada tenaga dokter spesialis THT, akhirnya Toto pun
dirujuk ke Soedarso," lanjutnya.
Dia mengungkapkan, setibanya d RS Soedarso, Toto pun segera
berkonsultasi ke dokter spesialis THT yang ada di rumah sakit tersebut.
Namun, hasil diagnosa dokter mengejutkan. Toto dinyatakan tidak mengidap
polip, melainkan hanya radang biasa. Toto pun hanya diberi resep obat
oleh dokter yang bertugas.
Tak puas dengan hasil pemeriksaan di RS Soedarso, Toto bersama
keluarganya mendatangi salah satu klinik kesehatan swasta yang ada di
kota Pontianak. Mereka melakukan pemeriksaan kembali terhadap keluhan
Toto.
"Di klinik tersebut, oleh dokter spesialis THT, Toto juga divonis
polip. Sama halnya hasil pemeriksaan di RSUD Sekadau. Namun, untuk biaya
operasi di klinik tersebut membutuhkan dana lebih kurang Rp 6 juta.
Malang bagi Toto, keluarga dari siswa kelas tiga SMP itu tidak punya
biaya untuk operasi. Jadilah Toto dan keluarga pulang kampung membawa
kekecewaan," ungkap Nobertus, anggota DPRD Kabupaten Sekadau yang ikut
mengantar Toto menuju Pontianak
Dia menyayangkan kejadian yang menimpa Toto. "Kita sangat
menyayangkan hal ini. Kok bisa hasil diagnosa dokter di RSUD Sekadau,
dokter di Soedarso dan dokter klinik berbeda. Yang kasihan kan pasien
dan kita awam tentang dunia kesehatan, apa kata dokter, itu kata kita.
Tapi kalau dokter yang ngomong beda satu sama lain, bagaimana kita bisa
tahu penyakit apa yang diderita pasien," uangkapnya.
"Saya pribadi turut mempertanyakan tentang pelayanan di RS Soedarso,
serta mempertanyakan kapasitas dokter yang memeriksa Toto serta
peralatan medis yang digunakan saat melakukan pemeriksaan medis,"
ceritanya.
Dia melanjutkan, RS Soedaro sebagai rumah sakit besar yang menjadi RS
rujukan di Kalbar, mestinya mampu menunjukkan kelasnya sebagai RS
besar. Serta yang dipertanyakan, dokter di RSUD Sekadau dan klinik di
Pontianak memvonis polip, sementara dokter RS Soedarso memvonis hanya
radang biasa.
"Apakah dokternya yang salah, atau peralatannya yang kurang memadai,
atau karena pasiennya peserta BPJS. Saya dengar, orangtua pasien sampai
menjual kebun untuk ongkos berangkat ke Pontianak. Ini kan ironis sekali
dengan hasil yang mereka terima. Kita minta jajaran manajemen RSUD
Soedarso untuk melakukan pengecekan terhadap kasus ini, dan tolong juga
direktur RS Soedarso cek terkait kasus ini,” tegas Nober.
Dukung RSUD Jadi BLUD
Sekadau.
Rencana untuk membentuk RSUD Sekadau menjadi BLUD oleh Pemerintah
Kabupaten Sekadau mendapat sambutan hangat. Masyarakat berharap, jika
sudah menjadi badan layanan yang berdiri sendiri, pelayanan di RSUD
semakin membaik.
“Kita sih pasti dukung program pemerintah, yang penting baik untuk masyarakat. Kalau rumah sakit (RSUD) nanti jadi BLUD, mudah-mudahan pelayanannya semakin baik,” kata Ab. Alimin, warga Sekadau ketika dimintai pendapatnya, kemarin.
Sebagai masyarakat awam, Alimin mengaku tidak terlalu mengerti tentang segala mekanisme yang harus dituruti dalam proses metamorphosis RSUD menjadi BLUD. Yang jelas, menurut Alimin, pelayanan di RSUD harus lebih ditingkatkan. “Saya dengar akhir-akhir ini di rumah sakit katanya obatnya sering kosong. Mudah-mudahan nanti tidak begitu lagi,” ucap Alimin.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau, dr. Wirdan Mahzumi mengatakan saat ini RSUD Sekadau tengah dalam proses menjadi BLUD. “Saat ini sedang dalam proses,” kata Wirdan kepada wartawan, belum lama ini.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar RSUD layak menjadi BLUD diantaranya kecukupan kuota dokter spesialis empat besar. Untuk syarat tersebut, RSUD Sekadau sudah memenuhinya. “Spesialis empat besar sudah ada di RSUD,” tambah Wirdan.
Syarat lain yang tak kalah penting yakni RSUD bersangkutan minimal bertipe C. Sementara, saat ini RSUD Sekadau tercatat masih tipe D. “Ya, rumah sakit kita masih tipe D. Tapi itupun tengah diupayakan menjadi tipe C,” aku Wirdan.
Jika terwujud menjadi BLUD, maka RSUD akan memiliki anggaran sendiri yang akan dikelola secara mandiri pula. Saat ini, RSUD maasih bernaung dibawah Dinas Kesehatan. “Kalau sudah jadi BLUD, banyak kemudahannya. Misalnya untuk pengadaan obat-obatan emergency (darurat). Itu tidak perlu tender, bisa datangkan langsung obatnya,” tutup Wirdan. (bdu)
“Kita sih pasti dukung program pemerintah, yang penting baik untuk masyarakat. Kalau rumah sakit (RSUD) nanti jadi BLUD, mudah-mudahan pelayanannya semakin baik,” kata Ab. Alimin, warga Sekadau ketika dimintai pendapatnya, kemarin.
Sebagai masyarakat awam, Alimin mengaku tidak terlalu mengerti tentang segala mekanisme yang harus dituruti dalam proses metamorphosis RSUD menjadi BLUD. Yang jelas, menurut Alimin, pelayanan di RSUD harus lebih ditingkatkan. “Saya dengar akhir-akhir ini di rumah sakit katanya obatnya sering kosong. Mudah-mudahan nanti tidak begitu lagi,” ucap Alimin.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau, dr. Wirdan Mahzumi mengatakan saat ini RSUD Sekadau tengah dalam proses menjadi BLUD. “Saat ini sedang dalam proses,” kata Wirdan kepada wartawan, belum lama ini.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar RSUD layak menjadi BLUD diantaranya kecukupan kuota dokter spesialis empat besar. Untuk syarat tersebut, RSUD Sekadau sudah memenuhinya. “Spesialis empat besar sudah ada di RSUD,” tambah Wirdan.
Syarat lain yang tak kalah penting yakni RSUD bersangkutan minimal bertipe C. Sementara, saat ini RSUD Sekadau tercatat masih tipe D. “Ya, rumah sakit kita masih tipe D. Tapi itupun tengah diupayakan menjadi tipe C,” aku Wirdan.
Jika terwujud menjadi BLUD, maka RSUD akan memiliki anggaran sendiri yang akan dikelola secara mandiri pula. Saat ini, RSUD maasih bernaung dibawah Dinas Kesehatan. “Kalau sudah jadi BLUD, banyak kemudahannya. Misalnya untuk pengadaan obat-obatan emergency (darurat). Itu tidak perlu tender, bisa datangkan langsung obatnya,” tutup Wirdan. (bdu)
BPJS belum siap..
BalasHapusmaksudnya belum siap?
HapusSelamat RSUD Sekadau..tingkatkan terus pelayanannya..
BalasHapusTerima Kasih..mohon dukungannnya.
Hapuskalo bisa RS datangkan dokter spesialis yang serius mau mengabdi di sekadau
HapusIya..benar, sekarang Manajemen RS dengan Pemda Sekadau sedang berusaha untuk datangkan dokter spesialis, agar pelayanan pasien di rs lebih maksimal lagi. Terima Kasih atas sarannya.
Hapus